Kamis, 30 Juni 2022.

Stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat selama beberapa tahun terakhir. Stunting sendiri adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada masa awal kehidupan anak dimana salah satu gejalanya yaitu tinggi badan anak lebih rendah dari tinggi badan yang seharusnya pada anak-anak seusianya. Inspektur Utama BKKBN Ari Dwikora Tono mengatakan NTB sendiri merupakan salah satu dari 12 provinsi prioritas yang memiliki prevalensi stunting tertinggi secara nasional. Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, separuh wilayah NTB berstatus memiliki prevalensi stunting diatas 30%. Dimana dari 10 kabupaten dan kota di NTB, Kabupaten Lombok Timur menjadi daerah penyumbang terbesar karena memiliki prevalensi stunting 37,6% (ANTARA NTB, 2022). Hal ini menyebabkan pencegahan dan penanggulangan kasus stunting menjadi PR yang paling penting bagi masyarakat dan pemerintah di NTB khususnya di Lombok Timur.

Sedangkan kasus stunting di Desa Senyiur, Kecamatan Keruak adalah sebanyak 0 % atau dalam kata lain tidak ada kasus stunting di desa tersebut. Namun, hal ini tetap harus menjadi perhatian masyarakat agar Desa Senyiur dapat mempertahankan hal tersebut kedepannya. Kemudian pertanyaannya mengapa kita harus melakukan pencegahan stunting? Apa yang akan terjadi apabila ada kasus stunting dan dibiarkan begitu saja? Pencegahan Stunting sangat penting karena stunting merupakan permasalahan yang harus diwaspadai dan tidak boleh disepelekan karena menyangkut kualitas sumber daya manusia yang akan menjadi generasi penerus bangsa.

Dilansir dari website Nestle Health Science, anak yang tumbuh mengidap masalah stunting akan mengalami gangguan perkembangan otak. Pengaruhnya terlihat pada kemampuan kognitif si kecil. Mereka cenderung sulit mengingat, menyelesaikan masalah, dan tersendat dalam aktivitas yang melibatkan kegiatan mental atau otak (Neste Health Science, 2022).

Dalam kegiatan sosialisasi yang diadakan oleh Kelompok KKN Tematik Universitas Mataram 2022 yang berlokasi di Desa Senyiur, Kecamatan Keruak dengan Tema “Upaya Pencegahan Stunting Dan Pola Hidup Bersih & Sehat” Melisa Asnani A.Gz menjelaskan pula ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan stunting ini antara lain, Perbaikan Pola Makan, Perbaikan Pola Asuh, serta Perbaikan Sanitasi dan Akses Air Bersih. Ketiga hal ini sangat berdampak pada kehidupan sehari-hari. “Anak yang diasuh oleh neneknya karena orang tua yang memiliki kesibukan bekerja akan berbeda pola makan dan kesehariannya dengan anak yang diasuh oleh ibunya sendiri. Karena bisa saja seorang nenek tidak memperhatikan apa yang anak makan, apa yang dipegang oleh anak, dan kesehariannya dalam bermain di lingkungan. Berbeda dengan ibu, pasti seorang ibu akan memperhatikan apa saja yang masuk ke mulut anaknya, apa saja yang baru dipegang, dan bagaimana si anak bermain di lingkungan sekitar”  jelasnya dalam acara sosialisasi tersebut.

  Sehingga dapat disimpulkan, Stunting merupakan masalah gizi yang harus diwaspadai dan tetap diperhatikan pencegahannya agar kualitas sumber daya manusia setiap daerah tetap terjaga. Dimana kita ketahui bersama, kualitas sumber daya manusia ini akan menjadi penunjang keberlangsungan hidup masyarakat dan keberhasilan suatu daerah dalam mengelola wilayahnya karena dipengaruhi oleh kemampuan kognitif sumber daya manusianya sendiri.

Sumber referensi :

https://mataram.antarnews.com/berita/189709/bkkbn-harapkan-prevalensi-penurunan-stunting-ntb-capai-1798-persen

https://www.nestlehealthscience.co.id/artikel.dampak-stunting-untuk-anak/